Kanker serviks seperti kanker lain pada umumnya akan didahului dengan adanya perubahan sel – sel pada leher rahim. Perubahan ini memerlukan waktu bertahun – tahun sampai menjadi kanker. Oleh karena itu, kanker serviks biasanya diderita oleh wanita yang sudah berumur. Tetapi bisa terdignosa pada wanita dengan usia reproduktif.
Faktor – faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks adalah :
- Virus Human papilloma (HPV)
- Melakukan hubungan sex pada usia muda
- Sering berganti – ganti pasangan seksual
- Pernah terkena penyakit menular seksual
- Status gizi buruk
- Banyak anak
- Merokok
- Kontrasepsi oral
- Penurunan kekebalan tubuh (sebagai contoh terinfeksi HIV), dll.
HPV merupakan faktor yang diduga kuat sebagai penyebab utama dari kanker serviks ini. HPV merupakan virus yang terdiri dari berbagai tipe (77 tipe yang sudah ditemukan sampai saat ini). Namun demikian, hanya 4 tipe yang merupakan penyebab tersering kanker serviks yaitu HPV tipe 6, 11, 16, dan tipe 18. Sedangkan tipe 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, 68, 73, and 82 meskipun jarang tetap harus dianggap karsinogenik.
Pencegahan kanker serviks adalah dengan menurunkan faktor risiko dan juga vaksinasi HPV. Vaksinasi HPV lebih ditujukan terutama untuk remaja putri atau bagi mereka yang belum melakukan hubungan sex. Hal ini dikarenakan vaksin hanya berfungsi untuk mencegah dan tidak untuk mengobati mereka yang sudah terpapar HPV. Vaksin yang sudah ada juga tidak melindungi dari semua tipe HPV yang ada sehingga skrining juga tetap diperlukan.
Tanda dan gejala awal kanker serviks sering tidak disadari oleh penderita karena tidak menunjukkan gejala. Gejala paling umum adalah perdarahan dari vagina yang abnormal (biasanya setelah berhubungan sex). Meskipun jarang, keluarnya cairan dari vagina yang berbau tidak sedap merupakan salah satu dari gejala kanker leher rahim. Bila sudah terjadi penyebaran ke organ tubuh lain maka gejala yang timbul sesuai dengan organ tubuh yang terkena. Penyebaran ke tempat yang jauh umumnya ke hati, paru – paru, dan tulang.
Bila seorang wanita sudah menderita kanker serviks maka pada stadium awal, operasi merupakan pilihan utama. Sedangkan pada stadium lanjut diperlukan kemoterapi, radioterapi, atau bahkan dengan mengkombinasikan radioterapi dan kemoterapi. Namun karena seringnya tidak menimbulkan gejala maka biasanya kanker serviks terlambat diketahui dan baru diketahui pada stadium lanjut. Oleh karena itu bagi wanita yang sudah pernah melakukan hubungan sex terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi kanker serviks diharapkan melakukan deteksi dini agar dapat mengetahui perubahan sel serviks yang abnormal sedini mungkin untuk mendapatkan penanganan yang lebih baik. Tes Papanicolaou (Pap smear) merupakan tes yang umum digunakan untuk memeriksa sel – sel abnormal serviks. Tes ini dilakukan dengan mengambil sel – sel serviks untuk kemudian dilihat di bawah mikroskop. Pap smear sebaiknya dilakukan satu tahun sekali atau sesuai dengan petunjuk dokter.