Hapus Stigma Anak Laki Tidak Boleh Menangis

New York, Selama ini masyarakat selalu menganggap bahwa anak laki-laki tidak boleh menangis dan terlihat cengeng, karena akan membuatnya seperti perempuan. Padahal anak laki-laki juga butuh cara untuk menunjukkan emosionalnya.

Beberapa orang berasumsi bahwa anak perempuan memiliki teman agar bisa berbagi rahasia bersama dan terikat secara emosional. Sedangkan anak laki-laki memiliki teman untuk sekedar teman bermain game dan olahraga, tapi tidak untuk membicarakan hal-hal yang menunjukkan keakraban.

Profesor Niobe Way, seorang psikolog di New York University mengklaim bahwa pemahaman seseorang mengenai ikatan hubungan antara laki-laki adalah salah. Prof Way menemukan bahwa stereotip yang menunjukkan anak laki-laki tidak bisa berempati, hanya tertarik pada segala macam aksi serta memiliki pemikiran yang dangkal adalah tidak benar.

Karena anak laki-laki usia 11-15 tahun adalah anak yang penuh perasaan dan emosional seperti teman-teman perempuannya, namun mereka tidak mengerti bahwa hal tersebut penting untuk mengungkapkannya.

"Ketika mereka sudah tumbuh menjadi dewasa, mereka akan menganggap tidak pantas memiliki perasaan seperti itu. Sehingga mereka mudah sekali kehilangan kemampuan untuk mempertahankan suatu persahabatan," ungkap Profesor Way, seperti dikutip dari Timesonline, Kamis (8/4/2010).


Profesor Way menambahkan bahwa budaya yang selama ini berkembang di masyarakat yang mengatakan anak laki-laki tidak boleh sensitif dan emosional seperti anak perempuan, justru akan mendorong mereka untuk kehilangan bahasa emosionalnya saat mereka dewasa nanti. Hal ini akan membuat anak laki-laki cenderung memendam sendiri perasaannya yang memicu timbulnya depresi.

"Karena memiliki persahabatan adalah hal yang penting untuk anak-anak dalam mengembangkan rasa kepercayaan diri, harga diri, belajar bersosialisasi hingga akhirnya memiliki hubungan keakraban satu sama lain. Remaja yang tidak memiliki persahabatan berisiko terlibat dalam keanggotaan geng atau hal-hal negatif lainnya," ungkap Prof Way.

Dengan terus berasumsi bahwa anak laki-laki tidak dilahirkan dengan keterampilam emosional, maka orangtua bisa saja kehilangan cerita-cerita besar di dalam hidupnya. Hal ini akan membuatnya semakin menjauh dan tidak mau terbuka dengan orang lain.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk membuat anak laki-laki mau menunjukkan perasaannya, yaitu:

1.Sebaiknya orangtua tidak memperkuat stereotip bahwa anak laki-laki yang sudah besar tidak boleh menangis.

2.Mendorong anak laki-laki agar lebih memiliki empati. Biarkan anak tahu bahwa jika ia melakukan sesuatu yang baik atau menolong orang lain, maka ia akan mendapatkan rasa hormat yang lebih banyak lagi.

3.Memberikan model atau contoh hubungan yang sehat bagi anak-anak.

4.Membantu anak dalam membuat atau memelihara persahabatan, yakinkan dirinya bahwa berbagi sedikit mengenai perasaannya tidak akan membuatnya menjadi seorang gadis atau gay.

Share

Baca Juga :